BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Insidensi
Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) .
Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk
insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun.
Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk
pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .
Pada
sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan
Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33 penderita
leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60
%) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai
Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan
pendahuluan ini adalah :
a. Mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia.
b. Mengetahui
tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.
c. Mendeskripsikan
diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit
Leukemia.
d. Mendeskripsikan
rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan dengan
Leukemia.
e. Mendeskripsikan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan klien dengan
Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2. 1 PENGERTIAN
Leukemia,
asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia adalah
jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya,
sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan
sel-sel baru akan menggantikannya.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Beberapa pengertian menurut
para ahli yaitu sbb:
Leukimia
adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Berdasarkan
dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukemia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
ü Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
ü 2
Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko
leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut
terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
ü Faktor
Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan
di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan
kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) .
ü Virus
Dalam banyak percobaan
telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk
primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase
pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).
ü Bahan
Kimia dan Obat-obatan
Paparan kromis dari bahan
kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia
akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko
tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide,
herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .
ü Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
ü Radiasi
Hubungan yang erat antara
radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing
spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan
bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat
terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi
dan para radiologis.
ü Leukemia
Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah
perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL
) atau treatment related leukemia . Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara . Hal ini disebabkan karena obat-obatan
yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat
menyebabkan kerusakan DNA . Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian
obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga
lebih peka terhadap leukemia.
2.3 KLASIFIKASI
1. Leukemia
akut
Berdasarkan
klasifikasi French American British ( FAB ), leukemia akut terbagi menjadi 2 (
dua ), Acute Limphocytic Leukemia ( ALL ) dan Acute Myelogenous Leukemia (AML).
Sedangkan Leukemia Kronis jg dibagimmnjadi 2 yaitu Leukemia Mielogenus Kronis (CML)
dan Leukemia Limfositik Kronis (CLL).
Luekemia
Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak
insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit
immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal..
Acute Limphocytic Leukemia (ALL) sendiri terbagi menjadi 3, yakni :
Acute Limphocytic Leukemia (ALL) sendiri terbagi menjadi 3, yakni :
a) L1
Sel-sel leukemia terdiri
dari limfoblas yang homogen dan L1 ini banyak menyerang anak.
b) L2
Terdiri dari sel sel
limfoblas yang lebih heterogen bila dibandingkan dengan L1. ALL jenis ini
sering diderita oleh orang dewasa.
c) L3
Terdiri dari limfoblas yang
homogen, dengan karakteristik berupa sel Burkitt. Terjadi baik pada orang
dewasa maupun anak-anak dengan prognosis yang buruk
Leukemia
Mielogenus Akut (AML) mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya
usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia kronis
1) Leukemia
Mielogenus Kronis (CML) terbagi menjadi 8 tipe :
· Mo
( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling
tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML dengan diferensiasi
minimal .
· M1
( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi )
Merupakan leukemia
mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML. Pada AML
jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel
leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan
granula, dimana tipe 1 dominan di M1 .
· M2
( Akut Myeloid Leukemia )
Sel leukemik pada M2
memperlihatkan kematangan yang secara morfologi berbeda, dengan jumlah
granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit matang berjumlah
lebih dari 10 % . Jumlah sel leukemik antara 30 – 90 %. Tapi lebih dari 50 %
dari jumlah sel-sel sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan promielosit .
· M3
( Acute Promyelocitic Leukemia )
Sel leukemia pada M3
kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat, stain mieloperoksidase +
yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun ukuran, kadang-kadang
berlobul . Sitoplasma mengandung granula besar, dan beberapa promielosit
mengandung granula berbentuk seperti debu . Adanya Disseminated Intravaskular
Coagulation ( DIC ) dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini.
· M4
( Acute Myelomonocytic Leukemia )
Terlihat 2 ( dua ) type
sel, yakni granulositik dan monositik , serta sel-sel leukemik lebih dari 30 %
dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20%
dari sel yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik, dengan tahapan
maturasi yang berbeda-beda.
Jumlah monosit pada darah
tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah peningkatan proporsi dari
eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan eritroit, disebut
dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasien–pasien dengan AML type M4 mempunyai
respon terhadap kemoterapi-induksi standar.
· M5
( Acute Monocytic Leukemia )
Pada M5 terdapat lebih dari
80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas, promonosit, dan monosit.
Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan adalah monoblas, sedang
pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil
perawatannya cukup baik.
· M6
( Erythroleukemia )
Sumsum tulang terdiri lebih
dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran morfologi Bizzare.
Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa bentuk multinukleat
yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak
sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome (
MDS ) jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit . M6
jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar .
· M7
( Acute Megakaryocytic Leukemia )
Beberapa sel tampak
berbentuk promegakariosit/megakariosit. ( Yoshida, 1998; Wetzler dan
Bloomfield, 1998 ).
Leukemia
Mielogenus Kronis (CML) juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel sistem
mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang
sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
2) Leukemia Limfositik
Kronis (CLL)
Leukemia
Limfositik Kronis (CLL) merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50
sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
2.4 PATOFISIOLOGI
Manifestasi
klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel pada sumsum
tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel darah merah . Depresi
produksi platelet yang menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya
perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel
darah putih oleh sel lekemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk
infeksi .
Infiltrasi
sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel
leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut . (
Cawson, 1982 ).
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
· Normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
· Sistem
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
· Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang
akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
· Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal.
175).
2.5 MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi klinik yang
sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
§ Pilek
tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
§ Pucat,
lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
§ Demam,
keringat malam dan anorexia
§ Berat
badan menurun
§ Ptechiae,
memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit,
atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
§ Nyeri
pada tulang dan persendian
§ Nyeri
abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa). (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita
Jr.,1985, Archida, 1987; Lister, 1990; Rubin,1992 ).
2.6 INSIDEN
ALL
(Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak
yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang
lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi
yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang
juga lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25%
kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang
mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL
dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada
anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum
tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
2.7 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat
kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah
biasaya rendah
4. Trombosit : sangat
rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari
50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum :
mungkin meningkat
9. Muramidase serum :
pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi
nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian
besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini menggunakan
obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau
lebih.
Pasien leukemia bisa
mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
· Melalui
mulut
· Dengan
suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
· Melalui
kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke
dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
· Dengan
suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak
mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.
2. Terapi Biologi
Orang
dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia
limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi
monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah
dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi
Terapi
Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang
besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi
yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan
sebelum transplantasi sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa
pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi
sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi,
atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan
sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di
pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru
akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah
transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah
sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi
sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel
darah putih dalam jumlah yang memadai.
Terdapat tiga fase
pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase
induksiDimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase
Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. KonsolidasiPada
fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2.9 PATHWAY
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994).
Pengkajian pada leukemia
meliputi :
a. Riwayat
penyakit
b. Kaji
adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c. Kaji
adanya tanda-tanda leucopenia
1).Demam
2).Infeksi
2).Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.
Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.
Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji
adanya :
1) Hematuri
2) Hipertensi
3) Gagal
ginjal
4) Inflamasi
disekitar rectal
5) .Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
3. Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.
trombosit.
4. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
7. Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
8. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
penampilan.
10. Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
leukemia.
11. Antisipasi
berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
3.3 RENCANA
KEPERAWATAN
a) Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak
mengalami gejala-gejala infeksi.
Intervensi
:
· Pantau
suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
· Tempatkan
Px dalam ruangan khusus
Rasional : untuk
meminimalkan terpaparnya Px dari sumber infeksi
· Anjurkan
semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik.
Rasional : untuk
meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
· Gunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
· Evaluasi
keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi
dini penanganan infeksi.
· Inspeksi
membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
· Berikan
periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi
untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
· Berikan
diet lengkap nutrisi sesuai usia.
Rasional : untuk mendukung
pertahanan alami tubuh.
· Berikan
antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan
sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.
b) Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan
: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi
:
· Evaluasi
laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan
derajat dan efek ketidakmampuan.
· Berikan
lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan.
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan.
· Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
· Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan
sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c) Resiko
terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
· Gunakan
semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.
· Cegah
ulserasi oral dan rectal.
Rasional : karena kulit
yang luka cenderung untuk berdarah.
· Gunakan
jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
· Menggunakan
sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
· Laporkan
setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat).
Rasional : untuk memberikan
intervensi dini dalam mengatasi perdarahan.
· Hindari
obat-obat yang mengandung aspirin.
Rasional : karena aspirin
mempengaruhi fungsi trombosit.
· Ajarkan
orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
d) Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien
tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
· Berikan
antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah
mual dan muntah
· Berikan
antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah
episode berulang
· Kaji
respon Px terhadap anti emetic.
Rasional : karena tidak ada
obat antiemetik yang secara umum berhasil.
· Hindari
memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang
menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
· Anjurkan
makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah
kecil biasanya ditoleransi dengan baik
· Berikan
cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk
mempertahankan hidrasi
e) Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi.
Tujuan : pasien tidak
mengalami mukositis oral
Intervensi :
· Inspeksi
mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk
mendapatkan tindakan yang segera
· Hindari
mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah
trauma
· Gunakan
sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut
kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
· Berikan
pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
· Gunakan
pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
· Hindari
penggunaan larutan lidokain pada anak kecil.
Rasional : karena bila
digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang.
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang.
· Berikan
diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan
yang masuk dapat ditoleransi anak
· Inspeksi
mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
· Dorong
masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu
melewati area nyeri
· Hindari
penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat
mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa.
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa.
· Berikan
obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah
atau mengatasi mukositis
· Berikan
analgetik
Rasional : untuk
mengendalikan nyeri
f) Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat
nutrisi yang adekuat
Intervensi :
· Dorong
orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa
hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta
kemoterapi.
· Izinkan
anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk
mempertahankan nutrisi yang optimal
· Berikan
makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional : untuk
memaksimalkan kualitas intake nutrisi
· Izinkan
anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong
agar anak mau makan
· Dorong
masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah
yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
· Dorong
pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan
metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
· Timbang
BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran
antropometri kurang dari normal.
g). Nyeri yang
berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan
: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima
anak
Intervensi :
· Mengkaji
tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
keefektifan intervensi
· Jika
mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
akses vena
Rasional : untuk
meminimalkan rasa tidak aman
· Evaluasi
efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
· Lakukan
teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai
analgetik tambahan
· Berikan
obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah
kambuhnya nyeri
h) Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
Tujuan : pasien
mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
· Berikan
perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
· Ubah
posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
· Mandikan
dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan
kebersihan tanpa mengiritasi kulit
· Kaji
kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan
atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
· Anjurkan
pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional : membantu
mencegah friksi atau trauma kulit.
· Dorong
masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negatif
· Pilih
pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
· Dorong
anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak
sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu
mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
· Berikan
penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya
perlindungan rambut
· Anjurkan
untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
· Jelaskan
bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan
anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
· Dorong
hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk
meningkatkan penampilan.
j) Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Intervensi :
· Jelaskan
alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk
meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
· Jadwalkan
waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong
komunikasi dan ekspresi perasaan
· Bantu
keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan
yang normal
Rasional : untuk
meningkatkan perkembangan anak yang optimal
· Dorong
keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum
diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan
kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
· Diskusikan
bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
· Hindari
untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k) Antisipasi
berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi
:
· Kaji
tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan
tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa
yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi
kondisinya
· Berikan
kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan
hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
· Bantu
keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
· Fasilitasi
anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa Leukemia atau kanker darah adalah
sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara
tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum
tulang dan jaringan limfoid.Sel-sel
normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atai
darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel
darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Leukemia dapat dibagi
menjadi :
· Leukemia limfosik akut (LLA) merupakan tipe leukemia
paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat
pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
· Leukemia
mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa dari pada anak-anak.
Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
· Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh
orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh
dewasa muda, dan hamper tidak ada pada anak-anak.
· Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada
orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun
sangat sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Smeltzer
Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Ø Doenges,
Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient
Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed.Jakarta : EGC; 19994.
Ø Price, Sylvia
Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Ed.Jakarta : EGC; 19945.
Ø Reeves,
Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
Ø Susan Martin
Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells,1998,
Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC
Ø Abdoerrachman
MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Kedokteran UI, Jakarta.
Ø Anna Budi
Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
Ø Marilynn
E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC.
Asuhan Keperawatan, EGC.
Ø Rosa M
Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta
Ø Soeparman,
Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
FKUI, Jakarta.
Ø http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/askep-leukemia.html
Ø http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/makalah-askep-leukimia.html
Ø http://www.scribd.com/doc/9501526/ASKEP-LEUKIMIA
Comments
Post a Comment