13 Tips Ampuh Mendidik Anak Agar Mau Meminta
Maaf
Orang tua tentunya sangat ingin anaknya sendiri tumbuh menjadi seseorang yang
baik dan punya karakter yang bijak.
Sehingga anak akan
dengan mudah diterima di lingkungannya, serta disenangi orang lain karena sifat
baiknya. Saat sang Anak mampu bergaul, berbaur dan memberikan manfaat bagi
lingkungannya, tentu membuat orang tua bisa tenang saat melepaskan anaknya saat
bergaul dengan sesamanya.
Untuk itu, salah satu
hal agar anak bisa diterima oleh lingkungannya, maka karakter dan kepribadian
anak yang baik, bijak dan sifat penyayang perlu ditumbuhkan.
Dengan mengajarkan
anak meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya (disamping juga memberikan
reward ketika anak melakukan hal yang baik), itu akan sangat baik dalam
memberikan pengajaran kepada sang anak...
...agar sang anak
menjadi seseorang berjiwa besar, serta memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi, ini akan sangat bermanfaat untuk dirinya dan orang yang disekelilingnya
kala dirinya dewasa.
Mengajarkan anak
untuk meminta maaf ketika dirinya salah (bukan malah dimarahi) maka akan
membentuk karakter sang anak, membantu anak mengenali dirinya sendiri, anak
mampu untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama (teman-temannya)...
...anak memiliki rasa
empati, bisa lebih memahami perasaan temannya maupun orang tuanya, serta
berbagai hal lainnya yang sangat positif untuk sang anak.
Gambar: Anak-anak
sedang bermain
Tips mendidik anak
agar mau dan berani meminta maaf
Berikut dibawah ini
tips mendidik anak agar dirinya mau untuk meminta maaf dan memiliki rasa
tanggung jawab.
1. Mengenalkan cara
minta maaf mulai dini pada anak
Kapan saat yang tepat
untuk mendidik anak belajar minta maaf? Maka jawabannya adalah lakukan sejak
dini, karena dengan memiliki kebiasaan seperti itu, maka setelah besarnya sang
anak akan sangat mudah untuk meminta maaf.
Hal itu karena sudah
ditanam sejak kecil sifat seperti itu. Ketika sang anak misalnya mengambil
secara paksa mainan teman sebayanya sehingga teman sebayanya itu menangis, maka
ini adalah saat yang tepat mengajarinya...
...jelaskan cara
meminta maaf seperti menyalami tangan temannya, dan mengajarkan anak
mengucapkan kata-kata yang baik. Pengajaran seperti ini sangat bermanfaat untuk
anak, dan perlu dibiasakan (ditalqinkan) puluhan bahkan ratusan kali. Intinya
jangan bosan dan jangan menyerah untuk mengajari anak.
2. Kebiasaan di
keluarga / lingkungan yang baik
Tentu apabila Anda
melakukan kesalahan, maka sebagai orang yang sudah dewasa harus bertanggung
jawab dan meminta maaf, terutama ketika berada di lingkungan tempat sang anak
tumbuh.
Dimana sang anak akan
melihat langsung praktek dari sikap yang dilakukannya ketika seseorang salah.
Hal itu karena anak melihat orang tuanya (dan orang dewasa disekelilingnya)
sebagai teladan.
Ketika sang anak
sudah terbiasa melihat kebaikan-kebaikan yang ada di lingkungannya, dengan
spontan dirinya meminta maaf saat melakukan sebuah kesalahan.
3. Memberikan maaf
mengikuti permintaan maaf
Ini sangat penting,
terutama untuk anak-anak yang masih belia, dengan memberikan maaf atas
kesalahan yang dilakukan sang anak, itu bagaikan sebuah reward (yang sebenarnya
reward tidak harus berbentuk materi).
Manfaatnya sang anak
tidak akan alergi untuk meminta maaf, dan sang anak juga diajarkan untuk
memberikan maaf kepada kesalahan orang lain, serta berlapang dada. Pengajaran
ini juga sangat baik untuk anak.
4. Hindari
memanipulasi perasaan sang anak
Ada sebagian anak
yang mengungkapkan maaf, akan tetapi karena paksaan secara kasar dari orang
tuanya, tentunya mengajarkan dengan metode seperti ini tidaklah berguna.
Yang harus dilakukan
adalah memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak akan pentingnya untuk
meminta maaf, disinilah diperlukan skill sang orang tua terutama sang Ibu untuk
mendidik anaknya.
Berikan pemahaman
yang baik dan lembut kepada anak bahwa ketika dirinya melakukan kesalahan
seperti mengambil secara paksa mainan milik temannya, berarti dirinya telah
menyakiti orang lain...
...sehingga dengan
begitu, muncul simpati dari sang anak untuk meminta maaf kepada temannya
(meminta maaf bukan karena dipaksa).
5. Ajarkan bahwa
meminta maaf dan menerima maaf adalah sebuah kebanggaan yang besar
Karena adanya rasa
ego (yang tentunya tidak baik) sang anak merasa harga dirinya akan jatuh dengan
meminta maaf terhadap kesalahan yang dilakukannya, untuk itu segera perbaiki
pola pikir yang salah ini.
Ajarkan kepada anak
bahwa dengan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, justru sebuah
ciri-ciri dari orang yang tanggung jawab, terutama untuk anak laki-laki.
Meminta maaf dengan
kata-kata yang baik akan membuat keadaan menjadi lebih baik, dimana teman yang
disakiti akan memberikan maaf ketika mendengar permintaan maaf dengan kata-kata
yang baik dan lembut.
Hal seperti ini
sangat bermanfaat karena hubungan keduanya akan kembali baik, bahkan lebih baik
dari sebelumnya.
6. Latih agar Anak
selalu mampu menerima dengan lapang dada
Ketika harapan dan
keinginan anak (dalam hal apapun) tidak sebanding dengan kenyataannya, disin
orang tua harus berusaha selalu melatih anak agar mampu berbesar hati menerima
kenyataan yang ada.
Dengan begitu sang
anak tetap dapat selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya atau
di lingkungannya berada.
Selain itu, penting
memberikan pemahaman pada anak, bahwa meminta maaf tidak membuat mereka menjadi
rendah dimata oranglain, justru membuatnya menjadi seseorang yang lebih
bijaksana.
Lalu ajarkan pada
anak agar memiliki sifat mudah untuk memafkan orang lain, sehingga anak tumbuh
menjadi sosok yang mampu berbesar hati untuk memberikan kesempatan kedua pada
teman-temannya yang melakukan sebuah kesalahan.
Di masa yang katanya
modern sekarang ini, tidak sedikit orang tua yang mengabaikan pelatihan dan
pendidikan anak agar mampu berbesar hati meminta maaf dan memafkan.
Hal ini karena
kesalahan sebagian besar orangtua yang hanya memperhatikan pengembangan diri
anak-anak dalam hal akademisnya, tetapi tidak mengembangkan kemampuan anak agar
kelak menjadi sosok yang bijaksana dan berjiwa besar.
|
7. Jangan lupa
melatih ketajaman perasaan sang anak
Anda juga bisa
mengajarkan anak mengungkapkan penyesalan dengan cara lain. Anda bisa menolong
sang anak untuk menemukan cara lain meminta maaf (yang selain menggunakan kata
“maaf”).
Karena terkadang,
ketika melakukan kesalahan, sebenarnya sang anak sudah sangat menyesal, tetapi
karena ada rasa ego atau gengsi sehingga “tidak mampu” untuk meminta maaf.
Dalam suatu kondisi, ada anak yang kesulitan untuk mengutarakan penyesalannya.
Sehingga orang tua
tidak perlu memaksa anak mengucapkan kata-kata minta maaf, sebagai penggantinya
bisa menggunakan cara lainnya, misalnya orang tua mengatakan, “Coba lihat adik,
adik menangis karena sangat sedih mainannya kamu ambil, coba kembalikan
mainannya pada adik, nanti adik akan senang sekali dan berhenti menangis.”
Setelah itu, (karena
mainannya sudah dikembalikan pada adiknya) Anda bisa menemaninya untuk
melakukan suatu hal, seperti membacakan buku cerita kesukaannya, dll.
Memminta maaf tentu
memerlukan keberanian tinggi bagi anak. Sehingga, anak pun akan memerlukan
dorongan dari orang tuanya supaya mampu mengungkapkan maaf dengan setulus hati.
Mengajarkan anak
sedikit-demi-sedikit untuk mampu melakukannya, maka hal ini juga berguna
mengasah kepekaan anak, agar anak semakin bisa untuk menjaga sikapnya agar
baik.
Karena dirinya
mengetahui, jika melakukan kesalahan maka dirinya harus meminta maaf kepada
orang yang disakiti.
8. Ajarkan anak untuk
meminta maaf, walaupun karena perbuatan kecil (yang tidak sopan)
Mendidik anak agar
mau meminta maaf, juga perlu dimulai dari hal-hal kecil. Contohnya tetap
mengajarkan sikap pada anak untuk meminta maaf, saat dirinya melakukan hal yang
tidak sopan, seperti bersendawa atau buang gas di depan orang lain.
Orang tua perlu
menjelaskan pada anak, bahwa hal tersebut tidak sopan, yang tidak boleh
dilakukan. Bilang pada anak bahwa buang angin atau bersendawa di depan orang
lain, merupakan hal yang tidak sopan, orang tua perlu membiasakan hal ini
(untuk menjelaskan) pada anak, sehingga anak lambat laun akan memahaminya
dengan baik.
Dengan mengajarkan
hal ini, maka memberikan kemampuan pada anak untuk bisa meminta maaf terhadap
semua kesalahan yang dilakukannya. Selain itu mengajarkan anak tentang kapan
dan dalam kondisi seperti apa dirinya harus meminta maaf.
9. Berikan kesempatan
pada anak untuk mengungkapkan masalahnya
Orang tua dapat
mencoba untuk menggali pada diri sang anak, tentang hal yang membuatnya dirinya
tidak mau atau menolak meminta maaf ketika melakukan keasalahan.
Orangtua ataupun guru
perlu bersikap netral, agar tidak berpihak kepada siapapun, baik pelaku maupun
korban. Apabila berpihak pada salah satunya, maka malah membuat upaya pemulihan
hubungan keduanya semakin sulit dicapai.
10. Tumbuhkan rasa
empati pada anak.
Contohnya, ketika
dirinya memukul adiknya, maka agar menumbuhkan rasa empatinya, bilang padanya:
"Kamu sudah memukul adik. Coba kamu pikirkan jika kamu yang diperlakukan
seperti itu, apakah Kamu mau? Tentu kamu tidak mau karena sakit kalau dipukul
kan?"
Mungkin umumnya anak
tidak langsung menjawab atau berkomentar, tetapi perkataan seperti ini sudah
memberikan manfaat besar karena berbekas pada dirinya.
Minimal, diirnya akan
mengetahui bahwa perbuatannya membuat orang lain tersakiti, menderita atau
terganggu. Sehingga, lama kelamaan anak mampu memahami bawa perbuatannya itu
tidak baik.
11. Memberikan
dorongan
Bentuk ucapannya
seperti: "Ibu senang sekali jika kamu mendengarkan keluhan orang lain,
sehingga kamu tidak lagi menyakiti orang lain. Ibu sangat ingin agar kamu bisa
meminta maaf kepada orang yang Kamu sakiti"
Dengan
kalimat-kalimat yang lembut dan tidak bersifat memaksa, maka memberikan harapan
besar anak mau menerima nasehat. Hal ini juga mengajari anak untuk bersikap
terbuka, dan memacunya untuk berpikir sehingga melatih kematangan berpikirnya
dan kecerdasan emosionalnya.
12. Beri tahu aneka
cara meminta maaf pada anak
Orang tua bisa
mengajarkan berbagai cara meminta maaf pad anak, bisa yang secara langsung
maupun tidak langsung.
Beberapa cara yang
bisa dikenalkan yaitu meminta maaf dengan salaman tangan, merangkul temannya,
dengan sentuhan, dengan SMS, e-mail, chat, komentar maaf di media sosial, dll.
Anak nantinya bisa
tahu cara mana yang paling tepat dan cocok. Dengan memberikan berbagai caranya
itu, dan anak dibebaskan mengemukakan pendapatnya, anak nantinya bisa menemukan
banyak ide. Orang tua tinggal mengarahkan anak saja.
13. Beri toleransi
waktu pada anak
Cara yang tidak pas
dan kurang baik untuk menyuruh anak meminta maaf saat itu juga (ketika sang
anak berbuat salah).
Orangtua perlu
memberikan “tenggat” waktu yang tepat pada anak, sehingga memperoleh momen yang
pas untuk anak meminta maaf.
Apabila anak sudah
terlihat siap, maka orangtua bisa menjadi perantara sekaligus membantu sang
anak untuk meminta maaf kepada temannya, dan mendamaikan keduanya agar hubungan
keduanya bisa kembali pulih
Comments
Post a Comment