Skip to main content

makalah keperawatan diri, dan prosedur tindakan keperawatan diri, keperawatan dasar


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Prinsip
2.1.1    Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperature, dan sensasi. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis, dermis, dan subcutan. Epidermis (lapisan luar) disusun oleh beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi. Ini melindungi jaringan yang berada dibawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Pelindung paling dalam dari epidermis menghasilkan sel baru yang berpindah perlahan kea rah permukaan epidermal, atau lapisan atas (disebut stratum korneum). Sel ini menggantikan sel mati yang terus-menerus terlepas dari permukaan luar kulit. Epidermis juga terdiri dari melanosit, sel khusus yang memproduksi melanin, atau pigmen gelap kulit. Pemaparan cahaya matahari menyebabkan melanosit memproduksi melanin, yang membuat beberapa orang berkulit coklat. Ras kulit gelap memiliki melanosit yang lebih aktif dan memproduksi lebih banyak melanin. Distribusi pigmentasi pada orang berkulit gelap berbeda secara luas.
Bakteri, umumnya tinggal pada permukaan luar kulit. Tempat tinggal bakteri ini (misalnya korinebakterium) merupakan flora normal yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menghalangi multiplikasi penyakit akibat mikroorganisme.
Dermis merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastic untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar minyak, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut untuk menjara mereka lemas. Ada 2 tipe kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin didistribusi melalui kulit tetapi lebih berlimpah pada dahi, telapak tangan, dan telapak kaki. Keringat yang dikeluarkan kelenjar ekrin membantu dalam pengendalian temperature melalui evaporasi. Kelenjar apokrin dapat ditemukan pada area aksila dan genetal. Dekomposisi bacterial dari keringat, dari kelenjar ini bertanggung jawab pada bau tubuh. Pada telinga, kelenjar seruminus mengeluarkan serumen kedalam saluran telinga eksternal. Substansi yang berat dan berminyak ini menangkap benda asing yang masuk ke telinga.\
Lapisan jaringan subcutan terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas bagi tubuh, jaringan subcutan juga memberikan dukungan untuk lapisan atas kulit, yang memungkinkan untuk menahan stress dan tekanan tanpa cedera. Jaringan subcutan yang paling sedikit dapat ditemukan pada dasar mucoka oral.
Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang berada di bawahnya, mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sel-sel integument memerlukan nutrisi dan hidrasi yang cukup untuk menahan cedera dan penyakit. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memlihara kehidupan sel. Kulit seringkali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperature, dan hidrasi. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologinya masih optimal.
2.1.2    Perawatan Kaki Tangan dan Kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, Dn cedera pada jaringan. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu  yang terpisah. Seringkali, orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Masalah dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu yang tidak pas. Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stress fisik dan emosional.
Kaki penting untuk kesehatan fisik dan emosional. Nyeri pada kaki dapat menyebabkan seseorang berjalan berbeda, yang menyebabkan ketegangan pada kelompok otot yang berbeda. Banyak orang harus berjalan atau berdiri nyaman untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif.
2.1.3    Perawatan Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi dengan membrane mukosa yang terus menerus pada kulit. Membrane merupakan jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ, mensekresi mucus untuk menjaga jalan saluran sistem pencernaan basah dan terminyaki, dan mengabsorpsi nutrient.
Mulut, atau bukal, rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaan mulut, leher sepanjang sisi dinding rongga, lidah dan ototnya dan langit-langit mulut bagian depan dan blakang yang membentuk akar rongga. Mukosa mulut secara normal berwarna merah muda terang dan basah. Gigi adalah untuk mengunyah, atau mastikasi. Gigi normal terdiri dari tiga bagian; kepala, leher dan akar. Membrane periodontal berada pada margin gusi, sekitar gigi, menahan kuat di tempat. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjajar rapi.
Hygiene mulut membantu memperthankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel maknan, plak, dan bakteri. memasase gusi dan mengurangi ketidak nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa tidak nyaman. Flossing membantu lebih lanjut dalam mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dan infeksi. Hygiene mulut yang lengkap memberikan rasa yang sehat dan sekanjutnya menstimulus nafsu makan.
Tanggung jawab perawat pada hygiene mulut adalah pemeliharaan dan pencegahan. Hal ini penting khusu jika klien hendak menerima radiasi atau kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan medis. Perawat membantu klien utuk memperthankan higiene mulut yang baik dengan mengajarkan tehnik yang benar atau dengan menampilkan higiene secara akktual pada klien lemah atau cacat. Seringkali perawat harus membuat rujukan ke dokter gigi untuk masalah yang memerlukan perawatan khusus. Pendidikan tentang gangguan gusi dan gigi yang umum dan metode penccgahan dapat memotivasi klien untuk mengikuti praktik higiene oral yang baik. 
2.1.4    Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah klien untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari.Rambut klien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut. Balutan bisa meninggalkan darah yang lengket atau larutan antiseptik pada rambut. Menyikat, menyisir, dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis untuk semua klien. Klien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. 
Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum. Perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik, penuaan, infeksi, dan penyakit tertentu atau obat-obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Helai rambut adalah struktur yang tidak berdaya. Perubahan warna atau kondisi terjadi akibat aktivitas hormonal dan peredaran nutrisi ke folikel.

2.1.5    Perawatan Mata, Telinga dan Hidung
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, telinga, dan hidung selama klien mandi. Bagaimanapun, klien juga memiliki masalah khusus yang memerlukan pembersihan organ-organ tersebut sepanjang hari. Asuhan keperawatan berpusat pada pencegahan infeksi dan pemeliharaan fungsi organ normal klien. 
a.        Mata 
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang terkumpul pada kamus sebelah dalam atau bulu mata. Klien yang tidak sadar berisiko cedera mata karena refleksi kedipan menjadi tidak ada. Pada klien ini, drainase yang berlebihan sering terkumpul sepanjang margin kelopak mata. Perhatian khusus juga diperlukan bagi klien yang telah mengalami operasi mata atau infeksi mata yang menyebabkan peningkatan pengeluaran atau drainase. Perawat sering membantu dalam perawatan kacamata, lensa kontak, atau mata buatan. 
b.        Telinga 
Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang mengganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia rentan terkena masalah ini. Perawat harus sensitif pada isyarat perilaku apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran. Ketika merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti halnya teknik komunikasi yang meningkatkan pendengaran kata yang diucapkan. 
c.         Hindung 
Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur dan kelembaban udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Akumulasi sekresi yang mengeras di dalam nares dapat merusak sensasi olfaktori dan pernafasan. Iritasi mukosa nasal menyebabkan pembengkakan, mengarah pada obstruksi nares. Secara tipikal, perawatan higienis hidung adalah sederhana, tetapi untuk klien yang menggunakan nasogastrik, pemberian makan enteral, atau pipa endotrakhea yang masuk ke dalam hidung membutuhkan perhatian khusus. 




2.2 Teknik dan prosedur pelaksanaan asuhan/praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kebersihan dan perawatan diri.
A.    Prosedur memandikan pada pasien sadar di tempat tidur
I.       Tahap Pra Interaksi   
1.      Cek catatan keperawatan dan medis klien
2.      Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3.      Siapkan alat-alat:
a.    Troli
b.   Waskom 2
c.    Selimut mandi
d.   Sabun mandi dan tempatnya
e.    Waslap (2-3 buah)
f.    Handuk sedang (2)
g.   Pakaian ganti
h.   Tempat pakaian kotor
i.     Bedak, lotion/minyak kelapa/baby oil
j.     Sisir
k.   Tempat handscoon
l.     Handscoon
m. Schoot
4.      Cuci tangan
II.    Tahap Orientasi
1.      Memberi salam terapeutik
2.      Identifikasi pasien dengan 2 identitas
3.      Memperkenalkan diri perawat
4.      Jelaskan tujuan dan prosedurtindakan yang akan dilakukan
5.      Memberikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6.      Menanyakan keluhan utama
7.      Melakukan kontrak waktu
8.      Melakukan kontrak kerja 

III.  Tahap Kerja
1.      Pasang sampiran, menutup pintu dan jendela
2.      Memulai dengan cara yang baik
3.      Dekatkan alat-alat ke pasien
4.      Cuci tangan
5.      Menggunakan APD ( schoot,, masker, handscoon)
6.      Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi
7.      Membantu melepaskan pakaian atas dari lengan terjauh ( miring kanan dan kiri)
8.      Letakkan handuk di bawah kepala pasien
9.      Basuh dan bilas wajah pasien, telinga dan lehernya dengan baik. Keringkan dengan handuk
10.  Letakkan handuk pada lengan terjauh
11.  Basuh, bilas dan keringkan lengan terjauh
12.  Letakkan handuk pada lengan terdekat
13.  Basuh, bilas dan keringkan lengan terdekat
14.  Buka selimut mandi bagian atas dan lipat sampai ke pinggang, tutupi daerah perut pasien dengan handuk, tangan pasien diangkat ke atas
15.  Basuh, bilas dan keringkan bagian dada, lipatan di bawah payudara
16.  Lipat selimut mandi ke daerah pubis
17.  Basuh, bilas dan keringkan daerah abdomen
18.  Lepas pakaian bawah pasien
19.  Anjurkan pasien miring kiri
20.  Letakkan handuk di bawah punggung sampai bokong pasien
21.  Basuh, bilas dan keringkan daerah punggung dan bokong
22.  Membantu mengoleskan baby oil dan beri bedak pada daerah yang menonjol untuk mencegah dekubitus pada punggung dan bokong
23.  Anjurkan pasien terlentang, pakaikan lotion pada tangan dan bantu pasien memakai pakaian atas
24.  Letakkan handuk pada kaki terjauh
25.  Basuh, bilas dan keringkan kaki terjauh
26.  Letakkan handuk pada kaki terdekat
27.  Basuh, bilas dan keringkan kaki terdekat
28.  Beri lotion pada kaki
29.  Membantu memakaikan pakaian bawah pasien
30.  Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien
31.  Beri posisi nyaman bagi pasien
32.  Sisir rambut pasien
33.  Rapikan dan bersihkan alat-alat, kemudian kembalikan pada tempatnya
34.  Buka sarung tangan ( handscoon)
35.   Cuci tangan.
IV. Tahap Terminasi
1.      Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2.      Berikan reinforcement positif pada pasien
3.      Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
V.    Tahap Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian: nama klien, tanggal, waktu, hasil yang dicapai, nama terang dan paraf.

B.     Prosedur perawatan kaki, tangan dan kuku
I.       Tahap Pra Interaksi
1.      Cek catatan keperawatan dan medis klien
2.      Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3.      Siapkan alat-alat:
a.    Troli
b.   Alat pemotong kuku
c.    Handuk kecil
d.   Perlak
e.    Washlap
f.    Handscoon bersih dan tempatnya
g.   Baskom berisi air hangat
h.      Bengkok
i.        Sabun
j.        Kapas dan tempatnya
k.      Sikat kuku
l.        Aseton
m.    Lotion/baby oil
4.      Cuci tangan
II.    Tahap Orientasi
1.   Memberi salam terapeutik
2. Identifikasi pasien dengan 2 identitas
3. Memperkenalkan diri perawat
4. Jelaskan tujuan dan prosedurtindakan yang akan dilakukan
5. Memberikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6. Menanyakan keluhan utama
7. Melakukan kontrak waktu
8. Melakukan kontrak kerja 
III. Tahap Kerja
1.      Atur posisi pasien (duduk atau tidur)
2.      Memberi alas perlak dan handuk untuk baskom yang akan digunakan untuk merendam tangan dan kaki pasien atau kompres tangan dan kaki pasien dengan waslap selama 3-5 menit.
3.      Rendam/kompres tangan dan kaki pasien selama 3-5 menit.
4.      Cuci tangan dan kaki pasien dengan sabun lalu bilas dan keringkan dengan handuk.
5.      Letakkan tangan dan kaki pasien diatas bengkok secara  bergantian dan lakukan pemotongan kuku.
6.      Potong kuku tangan mengikuti arah tumbuhnya kuku dan potong kuku kaki secara mendatar.
7.      Gunakan lotion/baby oil jika diperlukan dengan menggunakan kapas.
8.      Rapikan dan bersihkan alat.
9.      Lepaskan handscoon.
10.  Cuci tangan.
IV. Tahap Terminasi
1.      Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2.      Berikan reinforcement positif pada pasien
3.      Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
V.    Tahap Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian: nama klien, tanggal, waktu, hasil yang dicapai, nama terang dan paraf.

C.    Prosedur oral hygiene
I.       Tahap Pra Interaksi
1.      Cek catatan keperawatan dan medis klien
2.      Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3.      Siapkan alat-alat:
a.       Troli
b.      Pengalas
c.       Handuk/alas
d.      Sikat gigi dengan pasta gigi/ odol
e.       Gelas berisi air bersih
f.       Bengkok 2 buah/ mangkok tempat kumur
g.      Tisu beberapa potong
h.      Alat pengisap/ sedotan
i.        Sarung tangan bersih
4.      Cuci tangan
II.       Tahap Orientasi
1.      Memberi salam terapeutik
2.      Identifikasi pasien dengan 2 identitas
3.      Memperkenalkan diri perawat
4.      Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5.      Memberikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6.      Menanyakan keluhan utama
7.      Melakukan kontrak waktu
8.      Melakukan kontrak kerja 
III. Tahap Kerja
1.      Mencuci tangan
2.      Gunakan APD
3.      Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi fowler/ posisi duduk
4.      Memasang pengalas/ handuk di bawah dagu dan pipi pasien
5.      Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien agar air bekas kumur dapat tertampung dan berikan air untuk kumur-kumur kepada pasien
6.      Berikan sikat gigi yang sudah dibubuhi pasta gigi secukupnya dan telah di basahi air terlebih dahulu kepada pasien
7.      Berikan kesempatan kepada klien untuk menyikat giginya sampai bersih, selanjutnya sarankan untuk kumur-kumur dengan bersih, tampung air dalam bengkok
8.      Masukkan sikat gigi ke dalam gelas yang telah kosong
9.      Keringkan bibir dan sekitarnya dengan menggunakan handuk/ tisu
10.  Mengangkat handuk/ pengalas, rapikan/ atur kembali posisi pasien dengan nyaman
11.  Rapikan dan bersihkan peralatan sikat gigi dan kembalikan ke tempatnya
12.  Lepaskan handscoon
13.  Cuci tangan 
VI.    Tahap Terminasi
1.      Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2.      Berikan reinforcement positif pada pasien
3.      Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
V. Tahap Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian: nama klien, tanggal, waktu, hasil yang dicapai, nama terang dan paraf.

D.    Prosedur tindakan keramas
I.       Tahap Pra Interaksi
1.      Cek catatan keperawatan dan medis klien
2.      Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3.      Siapkan alat-alat:
a.    Troli
b.   Sisir
c.    Handuk 2 (besar 1, sedang 1)
d.   Kassa dan tempatnya
e.    Shampo
f.    Perlak besar
g.   Cucing
h.   Gayung
i.     Ember
j.     Air
k.   Waskom besar
l.     Ember air (hangat/dingin)
m. Kapas telinga
n.   Lap pel
o.   Bengkok
p.   APD (schoot, masker, handscoon)
4.      Cuci tangan
II.    Tahap Orientasi
1.      Memberi salam terapeutik
2.      Identifikasi pasien dengan 2 identitas
3.      Memperkenalkan diri perawat
4.      Jelaskan tujuan dan prosedurtindakan yang akan dilakukan
5.      Memberikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6.      Menanyakan keluhan utama
7.      Melakukan kontrak waktu
8.      Melakukan kontrak kerja 
III. Tahap Kerja
1.      Mencuci tangan.
2.      Gunakan APD ( Schoot, Masker, Handscoon).
3.      Atur posisi klien senyaman mungkin dengan posisi kepala dekat sisi/pinggir tempat tidur.
4.      Letakkan ember yang sudah diberi alas/kain pel di bawahnya, di bawah kepala klien.
5.      Pasang talang di bawah kepala pasien dan ujung-ujung talang dimasukkan ke dalam ember dan pastikan posisi pasien sudah dalam keadaan nyaman.
6.      Tutup kedua lubang telinga dengan menggunakan kapas telinga.
7.      Tutup dada sampai ke leher dengan handuk.
8.      Tuangkan shampo ke cucing dan tambahkan sedikit air.
9.      Sisir rambut pasien dari ujung sampai ke pangkal.
10.  Siram rambut pasien dengan air hingga basah.
11.  Gosok rambut dari pangkal sampai ke ujung dengan menggunakan kasa yang sudah diberi shampo sampai rata.
12.  Pijat kepala klien dengan lembut.
13.  Sisir rambut pasien dari ujung ke pangkal, cuci sisir dan taruh di tempatnya.
14.  Bilas rambut sampai bersih dan tidak ada bekas shampo lagi di rambut ataupun di talang.
15.  Keringkan rambut dengan handuk yang tadinya diletakkan di dada.
16.  Beri minyak rambut jika pasien berkenan.
17.  Sisir rambut klien kembali.
18.  Rapikan pasien.
19.  Rapikan alat.
20.  Buka APD.
21.  Cuci tangan.


IV. Tahap Terminasi
1.      Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2.      Berikan reinforcement positif pada pasien
3.      Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
4.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
V.    Tahap Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian: nama klien, tanggal, waktu, hasil yang dicapai, nama terang dan paraf.






Comments

Popular posts from this blog

TINGKATAN THEORY KEPERAWATAN, (META-THEORY, GRAND-THEORY, MIDDLE RANGE TEORY, MICRO THEORY)

Struktur Hirarki Ilmu Keperawatan Struktur hirarki ilmu keperawatan dibedakan atas 5 komponen dari ilmu keperawatan menurut tingkat abstraksinya. Hirarki terdiri dari komponen-komponen yang bersifat menyeluruh di dalam namun juga menjadi bagian dari yang lebih besar tersebut. Pada kasus ini   keseluruhan yang terbesar adalah Ilmu Keperawatan. Dengan demikian, setiap komponen dari ilmu keperawatan adalah keseluruhan yang utuh tetapi juga bagian dari yang terbesar. Berdasarkan figure 1 di atas 5 komponen hirarki dari ilmu keperawatan adalah metaparadigma, filosofi, model konseptual, teori, dan indikator empiris.  Seperti pada  figur 1  di  atas diperlihatkan komponen yang  paling  abstrak adalah metaparadigma dan  yang paling  konkrit adalah indikator empiris. Metaparadigma Metaparadigma didefinisikan sebagai konsep global yang mengidentifikasi fenomena dari minat sentral dari suatu disiplin, dalil global yang menggambarkan konsep, dan dalil global yang menyatakan hubungan an

makalah penyakit DHF (Dengue haemoragic fever)

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016). Menurut data WHO (2014) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasif

implementasi keperawatan, tahap-tahap implementasi keperawatan

BAB II PEMBAHASAN A.      PENGERTIAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari prilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asukahan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak lingkungan keperawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian. Sebagai contoh, implementasi segera diperlukan ketika perawat mengidentifikasi kebutuhan klien yang mendesak, dalam situasi seperti henti jantung, kemtian mendadak dari orang yang dicintai, atau kehilangan rumah akibat kebakaran. Implamentasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, da