BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari prilaku
keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asukahan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam
teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, dibanyak lingkungan
keperawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah
pengkajian. Sebagai contoh, implementasi segera diperlukan ketika perawat
mengidentifikasi kebutuhan klien yang mendesak, dalam situasi seperti henti
jantung, kemtian mendadak dari orang yang dicintai, atau kehilangan rumah
akibat kebakaran.
Implamentasi
mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat
pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta
melakukan pertukanran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan
dari klien.
Dalam
situasi yang tidak genting, implementasi dimulai setelah rencana asuhan
dikembangkan dan difokuskan pada melakukan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan. Intervensi keperawatan
adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil
yang diharpkan (Gordon,1994). Klien mungkin membutuhkan intervensi dalam bentuk
dukungan, medikasi, pengobatan untuk kondisi terbaru, edukasi klien-keluarga,
atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan dimasa mendatang.
Implementasi
adalah bersinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses
keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi
rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharpkan sesuai kebutuhan.
Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang
tipe-tipe interfensi, proses implementasi, dan metoda implamentasi spesifik.
B.
TAHAP-TAHAP/PROSES IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap:
mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi area
bantuan, mengimplementasikan
intervensi
keperawatan. dan mengomunikasikan intervensi.
1.
Mengkaji
Ulang Klien
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan,
yang
mungkin difokuskan
hanya pada satu dimensi atau sistem. Setiap kali perawat berinteraksi dengan klien, data tambahan dikumpulkan
untuk mencerminkan kebutuhan fisik, perkembangan, intelektual, emosional. sosial, dan spiritual klien. Ketika data
baru didapatkan dan kebutuhan baru diidentifikasi, perawat
memodifikasi asuhan
keperawatan
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih
Sesuai.
2.
Menelaah dan Memodifikasi Rencana Asuhan Keperawatan yang Ada
Meskipun rencana asuhan keperawatan telah
dikembangkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi selama
pengkajian, perubahan dalam status klien mungkin mengharuskan
modifikasi asuhan keperawatan
yang telah
direncanakan. Sebelum memulai perawatan, perawat menelaah rencana
asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnose keperawatan yang
dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawalan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika
status klien telah berubah dan diagnose keperawatan serta
intervensi keperawatan yang berhubungan tidak lagi sesuai, maka rencana asuhan
keperawatan harus dimodifikasi.
Modifikasi rencana asuhan yang lelah ada mencakup beberapa langkah.
Pertama,data
dalam kolom pengkajian direvisi sehingga
mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Data baru yang dimasukkan dalam rencana asuhan harus diberi tanggal
untuk menginformasikan anggota tim perawatan kesehatan yang lain tentang waktu di mana terjadi perubahan
Kedua, diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang
tidak relevan dihapuskan, dan keperawatan yang baru ditambahkan dan diberi
tanggal.
Karena status klien
dan kebutuhan perawatan kesehatannya berubah, maka prioritas, tujuan dan hasil
yang diharapkan juga harus direvisi. Tanggal revisi tersebut juga ditulis pada rencana
asuhan.
Ketiga, metoda implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan
diagnosa keperawatan yang baru
dan tujuan klien
yang baru. Revisi ini
mencerminkan status klien saat
ini. Selain itu, implementasi yang direvisi dapat mencakup kebutuhan
spesifik klien akan sumber
perawatan kesehatan
Akhirnya, perawat mengevaluasi respons klien
terhadap tindakan keperawatan. Jika respons klien tidak konsisten dengan hasil yang
diharapkan, diperlukan revisi
lebih lanjut
terhadap rencana asuhan.
3.
Mengidentifikasi Bidang Bantuan
Beberapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari
bantuan. Bantuan dapat berupa tambahan tenaga, pengetahuan, atau keterampilan keperawatan. Sebelum
mengimplementasikan asuhan, perawat mengevaluasi rencana untuk menentukan
kebutuhan bantuan dan
tipe yang
dibutuhkan.
Situasi yang
membutuhkan tambahan tenaga beragam. Sebagai contoh, perawat yang ditugaskan untuk merawat klien mobilisasi
mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk membantu membalik, memindahkan, dan
mengubah posisi klien karena
kerja fisik yang terlibat. Perawat
juga harus menentukan kapan tambahan tenaga dibutuhkan. Jika klien harus
dibalik dan diposisikan kembali
setiap 2 jam, maka
tambahan tenaga akan diperlukan
setiap 2 jam.
Perawat kemudian harus menentukan jumlah tenaga yang diperlukan dan
harus mendiskusikan kebutuhan bantuan dengan sumber potensial. Akhirnya,
perawat harus meluangkan waktu untuk merencanakan asuhan,sehingga anggota tim
perawatan lainnya tidak menjadi
terganggu. Tenaga
tambahan juga dibutuhkan ketika status kesehatan klien menurun atau ketika jumlah klien meningkat. Dalam kedua situasi
tingkat asuhan keperawatan yang
dibutuhkan adalah
terlalu banyak untuk satu orang perawat untuk dapat memberikan asuhan dengan
aman.
Beberapa situasi keperawatan membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan tambahan. Perawat membutuhkan pengetahuan tambahan
ketika memberikan medikasi baru
atau menerapkan
prosedur baru. Informasi ini dapat diperoleh dari buku prosedur atau panduan
rumah sakit,
anggota tim
perawatan kesehatan lainnya dapat dirujuk.
Karena terus bertambahnya tenaga profesional
perawatan kesehatan dan teknologi yang berkaitan, perawat mungkin kekurangan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan prosedur. Ketika hal ini terjadi, informasi tentang prosedur
diperoleh dari literatur dan buku prosedur lembaga. Selanjutnya, semua
peralatan yang diperlukan
untuk prosedur
dikumpulkan. Akhirnya perawat lain yang telah dengan tepat dan aman
menyelesaikan prosedur
memberikan bantuan.
Bantuan bisa datang dari staf perawat lain, penyedia, atau pendidik, atau
perawat ahli.
Membutuhkan bantuan
sering terjadi pada semua tipe
praktik keperawatan
dan merupakan proses pembelajaran selama pengalaman edukasi dan dalam perkembangan profesional.
4.
Mengimplementasikan
Intervensi Keperawatan
Perawat memilih intervensi keperawatan berikut metoda untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan:
a. Membantu dalam
melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari
b. Mengonsulkan dan menyuluh klien dan
keluarganya
c. Memberi asuhan
keperawatan langsung
d. Mengawasi dan
mengevaluasi kerja anggota staf lainnya
C.
PRINSIF IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Beberapa pedoman
atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan respons klien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standar pelayanan
professional, hukum dan kode etik keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
profesi keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada
dalam rencana intervensi keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien
sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri
sendiri (Self Care).
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya
peningkatan status kesehatan. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan
melindungi klien.
8. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
9. Bersifat holistik.
10. Kerjasama dengan profesi lain.
11. Melakukan dokumentasi
D.
PENDEKATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam Implementasi
tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan
makna dasar dari suatu implementasi
keperawatan yang akan dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi
yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,
pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin
terjadi.
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak
menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam
memenuhi kebutuhannnya.
6. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala
kegiatan yang dilakukan kepada klien
E.
KETERAMPILAN KEPERAWATAN
Praktik keperawatan terdiri
atas keterampilan kognitif,
interpersonal, dan
psikomotor (teknis). Setiap keterampilan diperlukan untuk mengimplementasikan
intervensi.
Perawat bertanggung
jawab untuk mengetahui kapan salah satu dari metoda ini lebih dibutuhkan dari metoda lainnya dan untuk mempunyai
pengetahuan teoretis yang
diperlukan serta
keterampilan psikomotor untuk
mengimplementasikan
setiap intervensi. Bagian terakhir Memperkenalkan informasi teoritis umum untuk setiap metoda yang mengacu
pada bab bersangkutan yang menguraikan teoritis dan keterampilan psikomotor
yang diperlukan.
Keterampilan Konitif
Keterampilan konitif
mencakup penetahuan keperawatan. Perawat mengetahui alasan untuk setiap
intervensi terapeutik, memahami respons fisiologis dan psikologis normal dan
abnormalnya, mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan pemulangan klien
dan mengenali promosi kesehatan klien dan kebutuhan pencegahan penyakit.
Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal
penting untuk tindakan keperawatan yang efektif. Perawat harus berkomunikasi
secara jelas dengan klien, keluarganya dan anggota tim perawatan kesehatan
lain. Perhatian dan rasa saling percaya ditunjukkan ketika perawat berkomunikasi
secara terbuka dan jujur. Penyuluhan dan konsling harus dilakukan hingga
tingkat pemahaman dan pengharapan klien. perawat juga harus sensitive terhadap
respon emosional klien terhadap penyakit dan pengobatan. Penggunaan
keterampilan interpersonal yang sesuai memuggkinkan perawat mempunyai perseptif
terhadap komunikasi verbal dan nonverbal klien.
Keterampilan Psikomotor
Keterampilan psikomotor
mencakup kebutuhan langsung perawatan klien, seperti penggantian balutan,
memberikan suntikan, atau melakukan pengisapan trakheostomi. Perawat mempunyai
tanggung jawab professional untuk mendapatkan keterampilan ini. dalam halnya
keterampilan baru, perawat mengkaji tingkat kompetensi mereka dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien mendapat tindakan dengan
aman.
Mengomunikasikan Intervensi
Keperawatan
Intervensi keperawatan
ditulis atau dikomunikasikan secara verbal. Ketika dituliskan, intervensi
keperawatan dipadukan ke dalam rencana keperawatan dan catatan medis klien.
rencana keperawatan biasanya mencerminkan tujuan intervensi keperawatan.
Setelah intervnsi diterapkan, respons klien terhadap pengobatan dicatatkan pada
lembar catatan yang sesuai. Infirmasi ini biasanya mencakup deskripsi singkat
tentang pengkajian keperawatan, prosedur spesifik, dan respons klien.
Deskripsi singkat
tentang temuan pengkajian yang berkaitan dan respons klien pada catatan medis
kllien memvalidasi perlunya intervensi keperawatan spesifik dengan menuliskan
waktu dan rincian tentang intervensi mendokumentasikan bahwa prosedur telah
diselesaikan.
Intervensi
keperawatan juga dikomunikasikan secara verbal dari satu perawat ke perawat
lainnya atau dari tenaga perawatan professional lainnya. Perawat umumnya
berkomunikasi secara verbal ketika pergantian tugas, memindahkan klien ke unit
perawat lain, atau memulangkan klien ke lembaga perawatan kesehatan lainnya.
Apakah intervensi keperawatan tertulis atau dikomunikasikan secara verbal,
bahasa yang digunakan harus jelas, ringkas, dan tidak berbelit-belit.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk mencapai klien
mencapai tujuan yang diharapkan (sembuh).
B. SARAN
Diharapkan
semoga seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai cara
implementasi keperawatan dan pendokumentasian dari implementasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2000. PERMENKES 647. Praktik Keperawatan. Jakarta
Perry and Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta ; EGC
Comments
Post a Comment