BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KOMINIKASI TERAPIUTIK
Terapiutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby
dalam Intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapiutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi Terapiutik
itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapiutik merupakan komunikasi
professional bagi Perawat.
B.
TUJUAN
KOMUNIKASI TERAPIUTIK
Dengan
memiliki kemampuan/keterampilan berkomunikasi terapiutik, perawat akan lebih
mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih
efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatanyang telah diterapkan,
memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperwatan dan akan
meningkatkan profesi.
Tujuan
komunikasi terapiutik menurut Purwanto, 1994 adalah :
1. Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
2. Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
3. Memengaruhi
orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya snediri.
C.
TAHAP-TAHAP
DALAM KOMUNIKASI TERAPUTIK
Dalam
komunikasi terapeutik ada empat tahap, dimana pada setiap tahap mempunyai tugas
yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart & Sundeen, 1995).
1. Fase
Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.
2. Fase
Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk
pertama kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat- klien. Dalam
memulai hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan dan
pengertian komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Pada
tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai berikut: memberi salam dan senyum
pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan
nama perawat, menanyakan nama kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan,
menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina hubungan
saling percaya.
3. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang
dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan
keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan
sesuai rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif
klien. Interaksi yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien.
4. Fase
Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan
yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut
dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara
dengan cara yang baik.
Tahapan-tahapan komunikasi terapeutik menurut Nurjannah,
2005 adalah sebagai berikut :
1. Tahap
orientasi
Tahap orientasi meliputi ; memberikan salam dan tersenyum
pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan
nama perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menjelaskan tanggung
jawab perawat dan klien, menjelaskan peran perawat dan klien, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan yang dilakukan, menjelaskan kerahasiaan.
Kegiatan.
2. Tahap
kerja
Tahap kerja meliputi ; menanyakan keluhan utama/keluhan yang
mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan, menjelaskan maksud
dan tujuan dari tindakan, menjelasan tentang alasan atau dasar harus
dilakukannya tindakan, menjelaskan perawatan yang akan dilakukan (terapi
obat-obatan dan persiapan pre operasi), perawat menjelaskan kemungkinan rasa
sakit yang dirasakan, memberikan kesempatan bertanya kepada klien mengenai
segala sesuatu tentang penyakit yang dideritanya, memberikan kesempatan pasien
untuk mengekspresikan ketakutannya (ketidaktahuan, nyeri, perubahan citra diri
dan kematian).
3. Tahap
terminasi
Pada tahap terminasi kegiatannya meliputi ; menyimpulkan
hasil kegiatan, evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif,
merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak untuk pertemuan
selanjutnya (waktu, tempat, topik), mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik .
D.
TENIK-TENIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Beberapa
teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Knelst (1992) serta Stuart
dan Sundeen (1998) antara lain:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha
mengerti klien dengan cara mendengar kan apa yang disampaikan klien.
Satu-satunya orang yang dapat menceritakan kepada perawat tentang perasaan,
pikiran dan persepsi klien adalah klien sendiri.
Sikap yang dibutuhkan 'untuk menjadi
pendengar yang baik adalah: Pandangan saat berbicara, tidak menyilangkan kaki
dan tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukan kepalajika klien
membicarakan halhal yang penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh
ke arah lawan bicara.
Mendengar
ada dua macam:
a.
Mendengar pasif;
Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien
misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara
verbal misalnya "uh huuuh”, ” mmmhhummm, yea”, "Saya dengar
kamu”
Mendengar pasif akan dapat memperdayakan diri kita saat
kita mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami
perasaan orang lain.
b.
Mendengar aktif;
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita
tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.
2. Menunjukkan Penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui.
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening
atau menggeleng yang menyatakan tidak percaya.
Berikut
ini adalah sikap perawat yang menyatakan peneriman:
Mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan
pengertian, memastikan bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi verbal,
menghindari perdebatan, ekspresi keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran
klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang
berkaitan.
Tujuan
perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa
yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan
dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks
sosial budaya klien.
Contoh:
Perawat:
”Tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasakan
paling dekat dengan anda?”
4. Pertanyaan terbuka (Open-Ended
Question).
Pertanyaan
yang tidak memerlukan jawaban "Ya"dan "Mungkin”,
tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat
mengemukakan masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat
memberikan informasi yang diperlukan.
Contoh:
Perawat
: ”Coba ibu ceritakan apa yang biasanya dilakukan bila Ibu sakit perut?"
atau”Coba lbu ceritakan tentang riwayat penyakit lbu?”
5. Mengulang ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Melalui
pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia
mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
Contoh:
Klien
: ”Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.” Perawat :
"Saudara mengalami kesulitan untuk tidur ....”
6. Mengklaritikasi.
Klarifikasi
terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata, ide atau
pikiran (implisit maupun eksplisit) yang tidakjelas dikatakan oleh
klien.Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian.
Contoh:
Perawat
: ” Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan.”Atau "Apa
yang anda maksudkan dengan ...?”
7. Memfokuskan.
Metode
ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi
lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang penting.
Contoh:
Perawat
: ”Hal ini tampaknya lebih penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.”
Atau ”Apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?"
8. Menyatakan hasil observasi.
Perawat
harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya
sehingga klien dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau
tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat
non verbal klien.Teknik ini seringkali membuat klien berkomunikasi lebih jelas
tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan dan mengklarifikasi pesan. Observasi
dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
Contoh:
Perawat
: "Anda tampak tegang " ”Anda tampak tidak tenang apabila anda
....”
9. Menawarkan informasi.
Memberikan
tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat
tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi,
karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil
keputusan. Penahanan informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien menjadi tidak percaya.
10. Diam (Memelihara Ketenangan).
Diam
akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir
pikirannya. Penggunaan metode ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu,
jika tidak akan menimbulkan perasan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses
informasi. Diam sangat berguna terutama pada saat klien harus mengambil
keputusan. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai
mengerti, atau marah. Diam di sini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk
menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu, diam yang
tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas.
Diam
digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu bagaimana
melakukan/menyampaikan hal tersebut (Boyd dan Nihart, 1998). Misalnya:
Klien
: ”Saya marah!!!”
Perawat
: (diam)
Klien
: ”istri saya tidak perhatian lagi terhadapku."
11. Meringkas.
Meringkas
adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini
bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
pembicaraan berikutnya.
Contoh:
Perawat
: ”Selama tiga puluh menit ini kita telah membicarakan..."
12. Memberikan penghargaan.
Penghargaan
jangan sampai jadi beban untuk klien. Dalam arti jangan samapai klien berusaha
keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan
atas perbuatannya. Selain itu teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang sebaliknya buruk.
Contoh:
Perawat
: ”ibu tampak cocok sekali mengenakan baju yang berwarna merah ini dan ibu
memakainya dengan rapi sekali.”
13. Menawarkan diri.
Perawat
menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respon yang diharapkan (Schult
dan Videbeck, 1998).
Contoh:
Perawat
: "Saya akan duduk menemanimu selama 15 menit."
14. Memberikan kesempatan pada klien
untuk memulai pembicaraan.
Memberikan
kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan.
Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam
interkasi ini, perawat dapat menstimuiusnya untuk mengambil inisiatif dan
merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh:
Perawat
: "Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”Atau "Apakah yang sedang
anda pikirkan.”
15. Menganjurkan untuk meneruskan
pembicaraan.
Teknik
ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa
yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan
selanjutnya. Perawat lebih berusaha menafsirkan dari pada mengarahkan
diskusi pembicaraan.
Contoh:
Perawat
: "... terus ....” atau ”... dan kemudian ....” Atau “Coba ceritakan
kepada saya tentang hal tersebut.”
16. Menempatkan kejadian secara
berurutan.
Mengurutkan
kejadian secara teratur akan membantu perawatan dan klien untuk melihatnya
dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun
perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya yang merupakan akibat
dari kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan pola kesukaran
interpersonal.
Contoh:
Perawat:
”Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut?" Atau “Kapan
kejadian tersebut terjadi?“ Teknik ini bernilai terapeutik apabila perawat
dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting dan teknik
ini menjadi tidak terapeutik apabila perawat memberikan nasihat,
meyakinkan atau tidak mengakui klien.
17. Memberikan kesempatan kepada klien
untuk menguraikan persepsinya.
Apabila
perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Sementara itu perawat harus waspada terhadap gejala ansietas yang
mungkin muncul.
Contoh:
Perawat
: ”Coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan
dioperasi.”
18. Refleksi.
Refleksi
ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian perawat
mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak
untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya
sendiri.
Contoh:
Klien
: ”Apakah menurut anda saya harus mengatakannya kepada dokter?" Perawat :
”Apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya?”
19. Assertive
Assertive
adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Kemampuan asertif antara
lain (Smith, 1992): berbicara jelas, mampu mengahadapi manipulasi pihak lain
tanpa menyakiti hatinya (berani mengatakan tidak tanpa merasa bersalah),
melindungi diri dari kritik.
Contoh
1:
Pengawas
: ”Saya telah melihat penampilanmu sebagai perawat baru di sini."
Perawat
: "Apa yang telah anda lihat?"
Pengawas
: ”Saya lihat kamu sering melakukan hal yang salah?"
Perawat
: ”Dapatkah anda menjelaskan bagaimana cara yang dapat saya lakukan agar saya
tidak melakuakn kesalahan lagi?
Contoh
2:
Klien
: ”Perawat, sup ini tidak enak dan dingin. Saya tidak mau makan."
Perawat
: ”Sangat mengecewakan ya? Anda dapat menggganti yang lebih hangat atau
mengganti dengan makanan yang lain. Mana yang lebih anda sukai?”
(membandingkan)
20. Humor
Dugan
(1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal
dikarenakanztertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stres, dan
meningkatkan keberhasilan asuhan keperawata Sementara Sullivan Deane (1988)
menyatakan bahwa humor merang sang produksi katekolamin sehingga seorang merasa
sehat, dan hal in akan meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan serta
me fasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolisme.
Contoh:
Perawat
: "Saya anggota PDIP Io, (Penurunan Daya Ingat Progresif).'
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Komunikasi
terapiutik merupakan komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan/pemulihan pasien, yang dilakukan oleh tenaga professional
keperawatan. Dalam penerapan komunikasi terapiutik ada tahap-tahap yang harus
dijalani dan teknik-teknik yang harus dilakukan. Dan sebagai seorang perawat
yang professional sudah seharusnya bisa untuk melaksanakan atau menerapkan
komunikasi terapiutik yang akan berguna untuk mencari informasi maupun untuk
kesembuhan pasien itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Arwani.
2003. Komunikasi dalam Keperwatan. Jakarta:EGC
Damaiyanti
Mukhrifah. 2008. Komunikasi Terapeutik
dalam Praktik Keperawatan. Bandung:PT Refika Aditama.
Comments
Post a Comment