BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan
tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti
karbondioksida), yang semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah
menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan
Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan
listrik yang terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan
istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara
kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Agar
dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan
elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manufer fisika, kimia yang komplek.
Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Kandungan air dalam tubuh wanita
10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama
dalam tubuh, yaitu :
1. Cairan intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler adalah cairan
yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water /TBW). Cairan intraseluler merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989) pada individu dewasa, cairan intraseluler
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, 1/3 TBW atau 20%
berat tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstraseluler (CES)
(Price dan Wilson 1986).
2.
Cairan
ekstraseluler (CES)
Cairan ekstraseluler merupakan
cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan
tubuh. Cairan ekstraseluler meliputi cairan intravaskuler, cairan interstisial,
dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar sel,
plasma darah, cairan serebrospina, limfe, serta cairan rongga serosa, dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbanngan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme perputaran dua arah
antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler. Elektrolit yang
berperan adalah Anion dan Kation.
Pergerakan cairan dan elektrolit
tubuh.
Regulasi cairan dalam tubuh
meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah komponen, termasuk air dalam
tubuh dan cairannyam, bagian-bagian cairan, membrane, sistem transport, enzim,
dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap.
Pertama, plasma darah bergerak di
seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua cairan interstisial dan
komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Ketiga cairan dan
substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme
pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses yaitu:
1.
Difusi.
Difusi adalah perpindahan larutan
dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi rendah dengan
melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh tiga hal yakni.
-
Ukuran
molekul.
Molekul
yang ukurannya lebih besar cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan molekul
dengan ukuran kecil.
-
Kosentrasi
larutan
Larutan
berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan larutan berkonsentrasi
rendah.
Temperature
larutan.
Semakin
tinggi temperature larutan semakin besar kecepatan difusinya.
2.
Osmosis.
Osmosis adalah perpindahan cairan
melintasi membrane semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area
yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk
mengencerkan larutan yang berkonsentrasi tinggisampai diperoleh keseimbangan
pada kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh
distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya besar, protein
tidak dapat bebas melintasi membrane plasma. Akibatnya terjadi
ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid. Sehingga cairan tertarik ke dalam
ruang intravascular.
3.
Transport
aktif.
Adalah proses pengangkutan yang
digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane sel melawan gradien
konsentrasinya. Transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi satu
ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy
ATP yang berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam
ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa natrium
kalium.
2.2 REGULASI KESEIMBANGAN ASAM BASA.
Regulasi dari keseimbangan ion
hidrogen (H+) adalah sama seperti regulasi ion-ion lainnya didalam tubuh.
Sebagai contoh, untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan
antaramasuknya atau produksi dari H+ dan keluarnya atau hilangnya H+ dari tubuh. Dan, seperti ion-ion lainnya,
ginjal memegang peranan penting didalam regulasi pengeluaran H+.
Bagaimanapun,control yang tepat dari konsentrasi cairan H+ ekstraselular
terlibat lebih banyak daripada proseseliminasi secara sederhana oleh ginjal.
Terdapat juga mekanisme multiple acid-base bufferingyang terlibat dengan darah,
sel, dan paru-paru yang juga sangat esensial dalam mempertahankankonsentrasi
normal H+ baik pada ekstraselular dan intraselular.Konsentrasi ion Hidrogen di
regulasi secara tepatKetepatan regulasi H+
sangatlah esensial karena
hampir dari seluruh aktivitas
dari systemenzyme di dalam tubuh
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi H+. Karenanya, perubahan padakonsentrasi
hydrogen berarti berubah pula seluruh fungsi sel dan tubuh.Dibandingkan dengan
ion lainnya, konsentrasi H+ dari cairan tubuh normalnya berada pada low-level.
Sebagai contoh, konsentrasi sodium di cairan ekstraselular (142 mEq/L) adalah
3,5 jutakali lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi H+, yang
rata-rata hanya 0,00004 mEq/L. Sistem keseimbangan menghadapi perubahan
konsentrasi Ion Hidrogen.Terdapat tiga system utama yang mengatur konsentrasi
ion H di cairan tubuh untukmencegah terjadinya asidosis ataupun alkalosis: 1.
Sistem buffer chemical acid-base di cairan tubuha. Sistem buffer bikarbonatb.
Sistem buffer fosfatc. Sistem buffer protein2. Sistem regulasi Respiratori3.
Sistem regulasi Renal
2.3 GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN,
ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA.
2.3.1 Ketidakseimbangan Cairan.
Ketidak
seimbangan cairan bisa terjadi apabila mekanisme konpensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostasis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa deficit
volume cairan atau sebaliknya.
1.
Defisit
volume cairan (fluid volume deficit[FVD])
Adalah
suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan difesiensi dan elektrolit
diruang ekstrasel namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) yang
mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolimia. Pada
keadaan hipovolimia, tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial masuk keruang intravascular. Akibatnya, ruangan interstisial
menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga
mengganggu kehidupan sel. Secara umum kondisi dehidrasi dibagi menjadi tiga
yaitu.
a.
Dehidrasi
isotonic.
Ini
terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit
yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq.
b.
Dehidrasi
hipertonik.
Ini
terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah elektrolit
yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq.
c.
Dehidrasi
hipotonik.
Ini
terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang kadar Na+ dalam plasma adalah 130 mEq.
Lebih lanjut kondisi
dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya menjadi:
a.
Dehidrasi
Ringan.
Pada
kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2
liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak lebih besar dan individu dewasa
sudah dikategorikan sebagai kehilangan dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang
berlebihan dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan,
paru-paru, dan pembuluh darah.
b.
Dehidrasi
Sedang.
Kondisi
ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-10% dari berat tubuh atau
sekitar 2-4 liter. Kadar natrium serum berkisar 152-158 mEq. Salah satunya
adalah gejalanya mata cekung.
c.
Dehidrasi
Berat.
Terjadi
apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar
159-166 mEq. Pada kondisi ini penderita mengalami hipotensi.
2.
Volume
cairan berlebih (fluid volume eccess [FVE])
Volume
cairan berlebihan (overdehidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini
juga disebut hypervolemia. Overdehidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada
fungsi ginjal. Edema sering muncul di daera. Overdehidrasi umumnya disebabkan
oleh gangguan pada fungsi ginjal. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan
pergelangan kaki. Jika area tersebut ditekan akan terbentuk cekungan yang tidak
langsung hilang setelah tekanan dilepaskan karena perpindahan cairan ke
jaringan tidak dapat dialihkan ke area lain dengan penekanan jari.
2.3.2
Ketidakseimbangan
Elektrolit.
1.
Hyponatremia
dan hypernatremia.
Adalah
kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan
osmotic. Perubahan ini mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke
intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hyponatremia umumnya disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan,
pengeluaran keringat berlebihan, diuresis, serta asidosis metabolic. Tanda dan
gejala meliputi cemas, mual, muntah, diare.
Hypernatremia
adalah kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel
keluar sel. Penyebab ini meliputi asupan natrium yang berlebihan. Tanda dan
gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, kejang,
oliguria.
2.
Hipokalemia
dan hiperkalemia
Hipokalemia
adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan rendahnya
kalium keluar sel. Ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan
menyebabkan gangguan Ph plasma. Gejalanya pertama kemampuan otot, distensi
usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi tidak teratur. Hiperkalemia
adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Saat terjadi hiperkalemia,
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin, sebab insulin
dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejalanya
meliputi cemas, irama jantung iguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan.
3.
Hipokalsemia
dan hiperkalsemia
Hipolaksemia
adalah kekurangan kadar kalium dicairan ekstrasel. Kondisi ini dapat
menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalium
dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejalanya meliputi tetani, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalium
pada cairan ekstrasel kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan
saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksibilitas. Tanda dan gejalanya
meliputi penurunan kemampuan otot, mual, muntah, nyeri punggung, dan serangan
jantung.
4.
Hypomagnesemia
dan hipermagnesemia
Hypomagnesemia
terjadi apabila kadar magnesium serum kurang dari 1,5 mEq. Kondisi ini
disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, malnutrisi, diabetes militus,
gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor,
kejang, hipertensi. Hipermagnesemia kondisi meningkatnya kadar magnesium di
dalm serum meski jarang ditemui namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal
ginjal. Tanda dan gejalanya hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi
reflex tendo profunda, dan depresi pernafasan.
5.
Hipokloremia
dan hiperkloremia
Hipokloremia
adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Kondisi ini disebabkan oleh
kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan seperti muntah dan diare.
Tanda dan gejalanya yang muncul menyerupai alkalosis metabolic yaitu bapatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Hiperkloremia adalah peningkatan
kadar ion klorida dalam serum khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah
ginjal kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan asam basa, sehingga kondisi ini menyebabkan
kelemahan
6.
Hipofosfatemia
dan hiperfosfatemia
Hopofofatemia
adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini muncul akibat
penurunan absorpsi fosfat di usus. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat
alkoholisme, malnutrisi. Tanda dan gejalanya meliputi pusing, dan kelemahan
otot. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi
ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormone paratiroid
menurun. Gejala penyakit ini hamper sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksitabilitas sistem saraf pusat.
2.3.3
Gangguan
Keseimbangan Asam Basa.
Pada dasarnya
keseimbangan asam basa mengacu pada pengaturan ketat konsentrasi ion hydrogen
(H+) bebas di dalam cairan tubuh.
Saat kadar Co2 dalam
darah meningkat reaksi akan berpindah ke sisi asam dan menghasilkan H+ serta
HCO3 sebaliknya, jika kadar Co2 dalam darah menurun reaksi tersebut akan
berpindah ke sisi Co2 dalam proses ini ion H+ dan HCO3 bereaksi membentuk H2CO3
Dengan cepat berubah kembali menjadi Co2 dan HO2. Ketidakseimbangan asam basa
terjadi apabila perbandingan antara HCO3 dan Co2 tidak proporsional. Normalnya
perbandingan antara keduanya adalah 20/1 jika perbandingan tersebut berubah
akan terjadi ketidakseimbangan yang menimbulkan gangguan yang disebut asidosis
dan alkalosis. Keduanya dipengaruhi oleh fungsi pernafasan dan metabolisme
karenanya dikenal istilah asidosis respiratorik dan asidosis metabolic serta
alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolic. Saat terjadi gangguan
ketidakseimbangan asam basa, tubuh akan berupaya memperbaikinya melaui suatu
sistem regulasi sehat yang disebut konpensasi. Selain melalui sistem buffer
upaya konpensasi dilakukan melalui mekanisme pernafasan dan mekanisme ginjal.
2.4
Pelaksanaan
asuhan Keperawatan untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit.
Pengkajian
Pengkajian
keperawatan difokuskan pada hal-hal seperti riwayat keperawatan, pengukuran
klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Riwayat
Keperawatan.
Pengkajian
riwayat keperawatan penting untuk mengetahui klien yang beresiko mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengkajian tersebut meliputi;
1.
Asupan
cairan dan makanan (oral dan parentral)
2.
Tanda
dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3.
Proses
penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis
4.
Pengobatan
tertentu yang tengah dijalani dapat mengganggu status cairan
5.
Status
perkembangan (usia atau kondisi social)
6.
Factor
psikologis (prilaku emosional)
Pengukuran Klinis.
Pengukuran klinis sederhana
yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter adalah pengukuran
tanda-tanda vital, penimbangan berat badan serta pengukuran asupan dan
pengeluaran cairan.
1.
Berat
badan.
Pengukuran
berat badan dilakukan disaat yang sama dengan menggunakan pakian yang beratnya
sama.
2.
Tanda-tanda
vital.
Perubahan
tanda-tanda vital bisa mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.
Asupan
cairan.
Meliputi
cairan oral dan parentral.
4.
Pengeluaran
cairan.
Pengeluaran
cairan meliputi urin dan feses
5.
Status
hidrasi.
Status
ini meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan, dan kekeringan pada
membrane mukosa.
6.
Proses
penyakit.
Kondisi
penyakit dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
7.
Riwayat
pengobatan.
Obat-obat
atau terapi yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Integument
: tugor kulit, edema,kelemahan otot.
2.
Kardiovaskuler
: distensi vena jugularis, tekanan darah dan denyut jantung.
3.
Mata
: cekung, dan air mata kering
4.
Neurologi
: reflex, gangguan motoric dan sensorik, tingkat kesadaran.
5.
Gastrointestinal
: mukosa mulut, mulut, lidah, dan bising usus.
Pemeriksaan
Laboratorium
1.
Pemeriksaan
darah lengkap.
2.
Pemeriksaan
elektrolit serum.
Pemeriksaan
ini dilakuakn untuk mengetahui kadar natrium.
3.
Ph
dan berat jenis urin.
4.
Analisa
gas darah.
Penetapan Diagnosis.
Menurut Nanda (2003)
masalah keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi
1.
Kekurangan
volume cairan.
2.
Kelebihan
volume cairan.
3.
Resiko
kekurangan volume cairan
4.
Resiko
ketidakseimbangan volume cairan.
5.
Gangguan
pertukaran gas.
Perencanaan dan
implementasi.
Berdasarkan Nanda
(2003) secara umum, tujuan interpensi keperawatan untuk masalah cairan dan
elektrolit meliputi mempertahankan keseimbangan asupan dan pengeluaran cairan,
mengoreksi defisit volume cairan dan elektrolit, mengurangi overload,
mempertahankan berat jenis urin dalam batas normal, menunjukan perilaku yang
dapat meningkatkan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa serta mencegah
komplikasi akibat pemberian terapi meliputi
1.
Kekurangan
volume cairan.
2.
Kelebihan
volume cairan.
Comments
Post a Comment